Keindahan Wisata Mandeh Tidak Kalah Dengan Raja Ampat

Sejak objek wisata Mandeh di Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT), lokasi ini semakin dipadati oleh wisatawan. Baik domestik maupun mancanegara.

Wisata Mandeh memang tersohor di luar Sumbar. Dari perbincangan orang per orang, hal ini membuat penasaran para orang luar untuk datang ke tempat yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu itu.

Terbaru kunjungan yang dilakoni oleh wisatawan asal Pekanbaru, Riau. Tepatnya pekan lalu (7/10). Wisatawan yang berjumlah 10 orang itu tiba sekira pukul 08.00 sampai di Pelabuhan Cerocok Tarusan, Pessel.

Tujuan rombongan ini ingin menikmati pesona kawasan Mandeh yang telah menjadi buah bibir masyarakat luar Sumbar hingga mancanegara. Disambut seorang warga setempat dengan ramah di pelabuhan kecil itu. Mereka ditawari paket wisata keliling gugusan pulau dan pantai nan menawan di kawasan wisata yang dijuluki surga tersembunyi Sumatera ini.

Rombongan itu dibawa berlayar ke Pulau Setan (Sultan), sebuah pulau yang memiliki hamparan pasir putih dan pinggiran pantai yang luas. Di sana pemandangannya sangat indah. Berbagai atraksi bisa dilakukan, seperti mandi, berenang dan snorkeling serta makan bersama di pantai. Atraksi wisata seperti banana boat, donat boat hingga jetski. Semua fasilitas itu dikelola masyarakat yang terhimpun dalam koperasi wisata.

Biasanya di Pulau Setan wisatawan menghabiskan waktunya hingga pukul 13.00. Setelah makan siang dan salat, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau Sironjong Ketek. Di sini wisatawan bisa snorkeling seraya melihat ikan-ikan karang di dasar laut memakai kaca mata selam yang disediakan pengemudi boat.

Selain itu, ada juga atraksi meloncat dari ketinggian perbukitan atau cliff jumping ke tengah laut. Butuh nyali besar untuk terjun di ketinggi tebing sekitar 20 meter ini.

Setelah puas di kawasan ini, perjalanan dilanjutkan ke rumah apung yang dibangun Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan di atas perairan tempat tenggelamnya kapal MV Boelongan Nederland pada 28 Januari 1942 oleh serangan tentara Jepang.

Kemudian ke hutan bakau atau mangrove yang sensasinya luar biasa. Setelah puas mandi-mandi di air terjun Sei Gemuruh, rombongan balik ke boat dan kembali ke Pelabuhan Cerocok Tarusan.

Marjoni, 50, wisatawan asal Pekanbaru mengaku puas setelah berkunjung ke kawasan Mandeh. Dia bersama keluarganya bisa menikmati banyak atraksi wisata seperti berenang, snorkeling, cliff jumping dan makan bersama di Mandeh. “Saya puas ke sini. Lain kali saya akan bawa teman-teman di kantor berkunjung ke sini. Alamnya indah dan asyik untuk liburan,” kata Marjoni.

Di samping perjalanan di pagi hingga sore hari, wisatawan bisa menginap di pulau yang ada di kawasan wisata ini. Telah banyak tersedia penginapan berupa rumah yang disulap warga menjadi homestay, penginapan dan cottage yang dilengkapi fasilitas seperti perahu untuk mancing dan peralatan selam.

Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke Mandeh tidaklah mahal. Wisatawan bisa menyewa boat sesuai rute yang ingin dikunjungi. Harga kapal untuk satu rombongan sekitar Rp 650 ribu hingga Rp 1,5 juta. Tergantung jauhnya jarak perjalanan. Setiap kapal bisa diisi maksimal 15 orang.

Sedangkan sewa kamar homestay, cottange dan villa berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 1,5 juta semalam lengkap dengan makan malam dan pagi.

Sejak Mandeh resmi menjadi KWTB, para pegiat wisata yang awalnya dimotori mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago, silih berganti masuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara sukarela.

Ada yang bergerak memberikan penyuluhan sadar wisata agar wisatawan aman dan nyaman berkunjung, mengajar bahasa Inggris, pelatihan kuliner, atraksi wisata seperti menyelam hingga terbentuk kelompok sadar wisata (pokdawis).

Dampak dari pemberdayaan tersebut, ekonomi masyarakat yang sebelumnya banyak berprofesi sebagai nelayan itu, kini menggeliat. Misalnya saja jumlah kapal boat yang dimiliki masyarakat untuk melakukan pelayaran ke destinasi wisata awalnya hanya hitungan jari, sekarang sudah mencapai 300 unit. Rumah makan, homestay dan penginapan dari kelas ekonomi hingga kelas eksekutif juga tumbuh subur.

“Alhamdulillah, dengan tantangan-tantangan kecil tapi banyak, pembangunan kawasan wisata Mandeh terus bergerak berkat masih ada sejumlah pihak yang mau bergerak dalam Gerakan Basamo Mangko Manjadi. Ekonomi masyarakat di kawasan Mandeh pun terasa berubah. Saat ini ada sekitar 300 boat wisata yang sandar di berbagai titik. Begitu juga warung-warung, jumlahnya meningkat drastis dalam dua tahun terakhir,” ungkap Andrinof kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group).

Menurut Komisaris Utama BRI itu, kawasan Mandeh tidak kalah dengan keindahan potensi kawasan wisata lainnya, bahkan Raja Ampat sekalipun. Apalagi Mandeh memiliki situs sejarah dan lautnya yang tenang bisa dijadikan tempat berolahraga air, rekreasi dengan aman dan nyaman.

Andrinof sangat berharap dalam pengembangan kawasan ini semua pihak terus bisa ikut berperan. “Jangan sampai ada premanisme dan pemegang kepentingan berbuat sekehendaknya. Jika itu terjadi, maka berdampak pada perkembangan wisata ke depan karena kenyamanan pengunjung jadi terganggu. Aturan harus ditegakkan,” ingatnya.

Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni menyatakan dirinya komit membangun dan mengembangkan wisata Mandeh jadi destinasi nomor satu di Sumatera Barat. Berbagai sarana dan prasarana dari pintu masuk Pessel hingga ke objek wisata terus ditingkatkan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

“Pembenahan di sektor pariwisata terus kami lakukan. Saya yang akan kawal langsung agar berjalan baik. Pembenahan bukan saja saja dari sisi pembangunan fisik jalan dan rest area, tapi juga sikap dan mental masyarakat menjadi semakin baik, terutama sekali masyarakat yang menjadi pelaku wisata itu sendiri,” ungkap Hendrajoni.